Salah satu resep sukses adalah belajar kepada yang sudah berhasil. Lebih beruntung lagi kalau kita bisa belajar kepada yang sudah praktek. Maka beruntung saya bisa berbincang dengan Pak Budi, pengusaha restoran yang dikenal dengan Toys Cafe.
Kesempatan ini hadir spontan saja ketika Pak Budi berkunjung ke studio. Karena itu, di artikel ini saya ingin sharing hasil bincang-bincang singkat dengan Pak Budi. Beliau berbagi tentang suka-dukanya membuka bisnis restoran dengan konsep yang sangat unik.
Dosakah percaya pada Feng Shui untuk melancarkan bisnis?
Pak Budi memberi saya sebuah kartu nama. Disitu tertulis “Yuma Toys Cafe”. Pak Budi bilang akan buka tanggal 23 Mei mendatang.
Saya tanya, “Ini yang di Senopati ya?”.
“Benar”, kata Pak Budi. Tetapi ini buka cabang baru.
Sebenarnya bukan cabang, karena Toys Cafe yang di Senopati ditutup. Namanya pun ganti dari Iniko menjadi Yuma.
Pergantian nama ini dikarenakan saran Feng Shui yang diterima Pak Budi.
“Yuma” artinya ‘ada Mama’ dalam bahasa Mandarin. ‘Ada Mama’ maksud harapannya adalah supaya usaha ini terus menerus mengurus anak cucu, layaknya seorang Mama dalam keluarga.
Tanggal resmi bukanya pun ditentukan berdasarkan Feng Shui.
Pak Budi sampai bertanya ke pendeta, dosakah percaya pada Feng Shui untuk melancarkan bisnis? Pendetanya menjawab “Tidak”.
Feng Shui ada manfaat untuk mengatur ergonomis ruangan. Lebih banyak cahaya masuk, udara segar, sirkulasi bagus. Membuat pelanggan lebih nyaman
Sudahkah kita membuat pelanggan kita nyaman?
Bagaimana bisa pindah lokasi restoran tanpa kehilangan pelanggan?
“Terus kenapa yang di Senopati tutup Pak?”
“Karena yang minta sewanya nyeleneh.”
Ternyata, sewanya naik 100%. Ratusan juta per tahun.
Ditambah keadaan rumah sewanya yang semakin memburuk. Hal ini membuat Pak Budi mantap pindah ke lokasi lain.
Meskipun pindah lokasi, Pak Budi tidak harus melakukan marketing yang gencar seperti awal baru buka.
Member Toys Cafe telah mencapai hampir 1,000 anggota – dan mereka sering bertanya “Dimana cabang barunya?”
Member ini tersebar dari seluruh Jakarta.
Pak Budi yakin dengan membernya ini beliau bisa membuka cabang baru dan meraih profit yang sehat. Beliau bisa berpindah lokasi restoran tanpa kehilangan pelanggan.
Pelajaran untuk kita: bangun loyalitas pelanggan.
Sudahkah kita layak mendapat pelanggan yang loyal?
Berapa lama sampai bisnis restoran balik modal?
Tentunya, Pak Budi harus berjuang untuk mendapatkan loyalitas pelanggan itu.
Ketika pertama kali membuka Iniko Toys Cafe, beliau rugi terus selama 3 bulan. Hanya pada bulan ke-4 mulai bisa menutupi operational cost. Setelah bulan ke-8 dan seterusnya mulai untung dan bisa Break Even Point setelah 1 tahun.
1 tahun. Itu bukanlah waktu yang singkat kalau pola pikir kita masih karyawan. Ibaratnya, maukah kita bekerja untuk perusahaan tapi dibayarnya satu tahun kemudian?
Itulah caranya kalau kita ingin menjadi pengusaha hebat – harus berani rugi! Selain berani rugi, kita juga harus percaya diri – atau istilah Jawanya ‘ngeyel’ – kita pasti untung! Pasti untung!
Walaupun untungnya satu tahun kemudian.
Bagaimana supaya orang mau promosi mouth to mouth produk kita?
Pak Budi juga berjuang keras untuk marketing nama Toys Cafe.
Kendala yang beliau hadapi adalah orang bingung Toys Cafe itu apa. Pertama kali namanya muncul, orang mengira itu adalah tempat penitipan anak.
Akibatnya remaja dan orang dewasa tidak ada yang datang. Ramainya cuma hari Sabtu dan Minggu pas anak-anak libur sekolah!
“Terus breakthrough di marketingnya apa Pak?”
Suatu hari, ada seorang Jepang yang datang “naik sepeda yang jelek”. Ia kagum melihat konsep unik Toys Cafe dan meminta wawancara dengan Pak Budi.
Wawancara itu dimuat di majalah bahasa Jepang. Dari sana, satu per satu pelanggan datang: mulai dari yang berkebangsaan Korea hingga akhirnya nama Toys Cafe menyebar luas dan remaja-remaja mulai berdatangan.
Pak Budi berkata itulah jurus marketing andalannya: mouth to mouth.
Memang, saya sering baca bahwa restoran itu hidup atau mati berdasarkan mouth to mouth. Kekuatan Toys Cafe adalah dia hadir dengan konsep yang sangat unik (bahkan satu-satunya) sehingga itu membuatnya berbeda di mata pelanggannya.
Memang bisa buka bisnis tanpa ada saingan?
Itulah pelajaran yang paling berharga dari Toys Cafe: miliki konsep yang unik.
Konsep unik ini disebut USP atau Unique Selling Proposition. Alasan kenapa pelanggan Anda memilih bisnis Anda dan bukan bisnis lain.
Kita tidak harus membuat sesuatu yang super unik seperti Toys Cafe – banyak cara untuk membuat USP yang unik tanpa modal besar.
Bisa jadi cara kita melayani pelanggan.
Bisa jadi kita sebagai pemiliknya melayani keluhan pelanggan secara langsung.
Atau untuk saya, adalah cara saya menulis tentang satu topik yang belum ada di Indonesia: tutorial menulis lagu secara rapi, bersih, dan konsisten.
Kalau kita punya USP yang tepat, lalu dipasarkan kepada orang yang tepat, maka sebenarnya kita tidak ada saingan.
Karena produk kita memenuhi kebutuhan pelanggan kita secara unik.
Ada ide apa buat menambah omset bisnis restoran?
Sebenarnya masih ada ide yang ingin saya diskusikan dengan Pak Budi.
Misalnya, bagaimana strategi beliau mendekati komunitas penggemar mainan dan menawarkan layanannya?
Sudahkah beliau menjalin hubungan dengan komunitas mainan seperti penggemar model resin? Penggemar Gundam? Klub kolektor Lego?
Sudahkah beliau punya jadwal acara yang digelar di restorannya, khusus untuk target market komunitas penggemar mainan itu?
Menurut saya itu bisa menjadi ide yang layak dicoba.
Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda mencoba keenam tips bisnis ini untuk usaha Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar